Jumat, Februari 22, 2008

DAUN ITU GUGUR TANPA MENYENTUH GRAFITASI

Aku dapat pergi dengan darah merahku,
menggapai semua warna biru, merah bahkan jingga.
Meninggalkanmu dengan memori-memori lalu yang menyayat,
membiarkanmu terpasung ketidakberdayaanmu,
tanpa datang menangkapmu ketika kamu jatuh.

Aku sudah siap terbang, meski aku tidak lagi takut untuk terjatuh, namun aku masih tidak tahu kapan saatnya tiba. Kapan jatuh itu, menungguku di bawah sana. Asal tanpa gagak dan langit oranye, asal nafas masih melepas, ketika daun-daun itu terbang dan jatuh ke tanah..
 
Sehari serasa seperti setahun, bayangan-bayangan kemarin susah untuk pergi, menghantui mimpi-mimpiku, bertanya pada imajinasiku. Waraskah cinta… ? Atau sudah gilakah mimpi… ?
Atau mungkin, di balik semua itu, kehidupan hanyalah hiruk-pikuk yang menyibukan, bacot yang bertebaran diantara tanah dan helai daun yang gugur. Tak terpisah, tak menyatu, terkubur dan terbang, tersenyum pahit dan merintih, ketiadaan sampai kekosongan. Tong kosong di padang gurun. Kering dan murni, kehausan badai gurun.

Aku bukan sedang menulis simbolisme diri. Tapi membangun sebuah ritual, bertanya, berkesan, berkesimpulan, pada hidup yang hanya sekali. Bukankah kita ini manusia, yang sama seperti binatang, hanya mungkin kita terlalu banyak berdansa. Nadi itu berharga untuk di sayat, asal jangan di habiskan di bath tube yang sepi. Kosong tanpa mimpi. Jangan pergi, jangan hilang di ruang-ruang kosong tanpa mimpi.Aku memegang sejumlah keyakinan, bacot-bacot itu, yang sesuci ketiadaan. Sesuci batu dan sungai yang menyatu. Meluruh, memburu, memusar, membuncah, dan mengakhiri. Simfoni sebuah arti dari neraka-surga yang telah wafat. Seorang Siddharta tanpa tuhan yang mencapai tathagatha, dan menertawai brahmana. Aku disini, merapal mantra untuk mengembalikan ketiadaan dunia.

Tapi kamu diantaranya, dan aku takut mati, aku takut kehilangan….aku bahkan sudah tersesat. Siapa yang tersesat? Apakah anak-anak itu…??? mereka tersesat di taman bermain…?

Kalau saja Cuma taman bermain..., mereka tersesat di dalam labirin karena ekstase, dan labirin itu telah hilang, menjadi hantu-hantu gentayangan, di malam-malam manakala kehidupan masih ingin diingati dan kematian sudah jenuh berdansa sendiri..

Aku susah untuk jatuh, udara pergi meninggalkanku dan tanah menunda gravitasiku, aku juga tidak dapat terbang karena angin pergi duluan menuju angkasa Lalu rintik hujan datang, dan aku masih disini, di labirin tak bernama, tak berjasad, tanpa bentuk dan lekuk…

Rabu, Februari 20, 2008

BUNGA MAWAR.....

Sebuah jalan yang indah dan luas pasti ingin sekali kita untuk melaluinya, namun jalan itu juga mempunyai beberapa bagian jalan yg kecil, sempit dan tikungan-tikungan tajam yg tentunya kita membutuhkan rambu -rambu utk melaluinya. Siapapun yg mematuhi rambu-rambu jalan ini, pasti akan tiba ditujuan dengan aman, tenang dan menyenangkan.

Jalan Dakwah merupakan jalan yg luas lagi terang. Berbagai upaya penyimpangan dan kepentingan hawa nafsu ditengah perjalanan ini mengakibatkan adanya jalan-jalan sempit dan rintangan penghalang. Namun dalam memberikan tanda yang akan menerangi jalan Anda ketika datangnya kegelapan fitnah dan ancaman bahaya, rasa cinta dan ghirah kami enggan bila hanya memberikan kepada anda tanda-tanda berupa sinar berkilat berupa garis.

Tetapi ikatan yang ada diantara kita adalah ikatan-ikatan batin. Kita sama-sama mempunyainya. perasaan yang halus dan jujur, jiwa persaudaraan kita benar-benar hangat & sangat ramah. Tanda-tanda itu akan tumbuh bagaikan sebuah Bunga Mawar Merah yang tumbuh dibumi sanubari. Dedaunnya akan memancarkan cahaya terang seterang kejernihan hati kaum Muslimin. Bunga itu tertanam dan tumbuh ditanahku, dia tampak merah karena lelehan hati yang menyambutnya dengan lembut. Aku mempunyai hati dan cukuplah hati ini aku turuti sesuai dengan kejernihan dan kejujurannya.

Aku tidak mengerti... apakah warna merah hati yang terdapat pada bungaku ini adalah kemerahan pertanda rasa malu, karena adanya banyak realita menyedihkan dan pertikaian yg terjadi dikalangan para aktifis dakwah… dimana kita mengaku sebagai bagian dari mereka. Mereka mengabaikan berbagai parameter yang benar dalam masalah ukhuwah karena ingin menang sendiri sehingga mereka berada dalam ketidakpastian dan kehilangan kesempatan, padahal mereka sudah dekat dengan kemenangan, sekiranya mereka mau bersikap tenang.
Ataukah warna merah hati yang terdapat pada bungaku ini adalah merah darah yang membasahi bungaku…??? Darah yang mengalir Dari hati yang terluka karena berbagai bencana yang menimpa kaum muslimin dan fitnah yang menimpa para aktifis islam…???

Namun yang jelas ia adalah pendarahan yang pedih yang berasal dari luka yg menyakitkan. Aku berharap semoga rintihanku ini akan meluluhkan hati mereka yang bertengkar dan berselisih …. sehingga perselisihan itu terendam & terciptakan ikatan persaudaraan yang menyejukkan.
Semua yang aku persembahkan ini adalah penyegaran dan kebangkitan nyanyian para pemikir dakwah.Apabila gema ini telah sampai ke semua hati yang tulus, maka ia selayaknya ikut serta menangis. Namun, tangisan itu bukan tangisan penyesalan dan keputus asaan karena itu dilarang. Tangisan kita sebenarnya adalah tangisan wajar dalam setiap fitrah jiwa insani, setiap kali terkena tusukan yang menyakitkan. Dan juga merupakan tangisan rasa malu kepada Tuhan Yang selalu mengawasi, yang merasa senang menyaksikan sudut mata para hamba-NYA mengalirkan air mata taqwa dan taubat setelah berbuat salah.

Maka bangkitlah wahai saudaraku…siramlah bungaku. Sesungguhnya dihadapanmu terdapat banyak jebakan, halangan dan rintangan. Bunga ini benar-benar tertanam untukmu. Dedaunnya yang merah melambai-lambai oleh angin sepoi keimanan. Bunga itu akan memperingatkanmu bagaimana cara menempuh jalan dakwah ini dengan baik.



Jumat, Februari 15, 2008

Kebaikan dan Keburukan

Ketika suatu sore kau bertanya kepadaku,"Mengapa engkau mencintaiku?"
Aku bingung, sebab cinta adalah hal yang aneh, rasanya ia tidak perlu punya alasan
untuk diungkapkan secara lisan. Yang pasti ia akan lahir dari sebuah kekaguman,
entah kagum dari sudut mana, aku rasa tidak penting.
Tapi ketika kau memaksaku untuk berkata sesuatu, apa boleh buat. Mungkin aku katakan,
karena aku melihat sejuta kebaikan dimatamu.

Hanya saja kata itu ternyata jadi bomerang tersendiri, kau lantas bertanya,
" apakah yang kau pahami dari kebaikan, apakah kebaikan itu?". Untuk kesekian kalinya pertanyaanmu selalu membuat otakku pusing.
Dulu kau tanyakan kepadaku arti hidup, kemudian arti kebenaran, sekarang kau bertanya arti kebaikan. Meski demikian aku masih tetap menyimpan sebuah kewajaran sebagai manusia, aku ingin mencoba menjawab semuanya.

Kekasihku... kebaikan itu luas artinya, atau mungkin banyak orang mengatakan kebaikan itu relativ, dan itu memang ada benarnya. Semua definisi sangat dipengaruhi oleh hal-hal yang subyektif. Tergantung siapa yang memberi definisi. Bisa saja kebaikan adalah sesuatu yang menyenangkan jiwa dan mendatangkan rasa tentram bagi para pelakunya, sedangkan keburukan adalah sesuatu yang tidak menyenangkan jiwa dan mengundang kecemasan bagi para pelakunya.
Kebaikan juga bisa diartikan suatu jalan yang dapat mengantarkan kita pada tujuan akhir. Sedangkan keburukan adalah sesuatu yang menghambat kita mencapai tujuan akhir. Mungkin juga ada yang berkata, kebaikan itu adalah yang sesuai dengan fitrah, sedangkan keburukan yang menyeleweng dari fitrah.

Akan tetapi jika engkau bertanya hakikat kebaikan, mungkin getar bibirku akan menjawab;
kebaikan itu adalah sesuatu yang datang dari Allah. Ia adalah sesuatu yang tidak akan pernah hilang. Ia adalah sesuatu yang akan terus bertambah dan tidak akan berkurang, karena ia adalah berkah yang datang dari Allah. Semua yang ada didalam dunia ini akan berkurang kecuali kebaikan yang datang dari Allah, ia tidak akan berkurang sedikitpun, bahkan ia akan bertambah dengan berlipat-lipat.
Sedangkan keburukan adalah sesuatu yang bersumber dari manusia ketika mempraktekan suatu metode yang salah atau keluar dari ketentuan Allah, meski ia menyangka yang ditujunya adalah hakikat kebaikan akan tetapi karena ia menyalahi metode-metode Allah maka semuanya akan berakhir pada keburukan.


"Lalu, mengapa kita harus berbuat baik?" rasanya pertanyaanmu itu tidak perlu kujawab, kekasihku. Karena pada dasarnya semua orang ingin baik dan ingin berbuat baik.
Mengapa harus berbuat baik, karena dorongan jiwa kita menghendaki itu. Fitrah manusia itu beriman dan berbuat kebaikan. Fitrah ini sengaja diciptakan Allah dalam diri manusia. Akan tetapi karena manusia mempunyai berbagai kekurangan, diantaranya sifat lupa, maka Allah mengingatkan kembali dengan menyeru manusia untuk kembali kepada fitrah asli, yaitu beriman dan berbuat kebaikan. Dan barang siapa yang mengikuti seruan Tuhan,maka ia akan diberi pahala dan barang siapa yang ingkar akan ditimpakan siksa.


"Banyak orang yang melakukan kebaikan karena jiwa kemanusiaan, bukan karena beriman pada seruan Tuhan. Bagaimana nasib orang seperti itu?" Kekasihku, aku sebetulnya enggan mengungkapkan hal ini. Aku takut jika yang kukatakan ini salah. Akan tetapi semoga Allah bersedia mengampuni.
Begini... sesungguhnya Allah tidak akan menyia-nyiakan kebaikan manusia, beriman ataupun tidak. Bagi orang yang beriman, Allah menyediakan pahala dunia dan akhirat.
Didunia mereka hidup tentram dan diakhirat mereka mendapat nikmat yang sangat besar.
Sedangkan bagi pelaku kebaikan akan tetapi tidak beriman, mereka akan mendapatkan jerih payahnya didunia saja. Misalnya dengan mendapatkan kemasyuran, cap dermawan,
nobel, dan lain sebagainya. Akan tetapi diakhirat ia tidak akan mendapatkan apa-apa.

Kekasihku … aku harap setelah ini kau tidak bertanya lagi sesuatu yang membuat keningku berkerut. Dan aku hanya tersenyum ketika kau katakan bahwa, bukankah adalah kewajibanmu untuk mengajariku?

# Tertulis ketika kau berkata bahwa kebaikan itu datang dengan jubah yang berwarna-warni, sebagaimana keburukan datang.#